Rabu, 12 Desember 2012



Tanahku, Bumiku

 
LINGKUNGAN HIDUP

Tanahku, Bumiku
Oleh : Dhisa Aipassa | 12-Jun-2012, 18:41:17 WIB
KabarIndonesia - Pemanasan suhu bumi yang meningkat seratus tahun terahir ini menjadi sorotan negara-negara dunia. Efeknya yang luar biasa mendorong dilakukan tindakan serius sesegera mungkin. Kampanye lingkungan, seminar tentang alam, perjanjian antarnegara, sosialisasi serta menerapan perlindungan bumi mulai dilakukan. Tetapi, masihkah  ada harapan?

Seperti kita ketahui bahwa salah satu penyebab pemanasan global adalah efek rumah kaca. Inilah penyebab terperangkapnya panas berupa gas di bumi. Gas CO2 yang terperangkap  menumpuk dari waktu ke waktu sehingga terjadi peningkatan suhu bumi, laut dan atmosfer. Beberapa tindakan perusakan bumi oleh tindakan manusia modern yang menghasilkan CO2, antara lain:  dari pembangkit tenaga listrik, pemanfaatan batubara serta pembakaran mesin-mesin, baik kendaraan maupun industri. Tindakan-tindakan tersebut memang bermanfaat bagi manusia. Namun, kita sering kurang bijak dalam memgunakannya. Contohnya, memakai bahan bakar fosil dengan tak bijak, boros listrik, dan sebagainya.

Efek dari memanasnya suhu bumi, antara lain: naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola hujan. Selanjutnya, akan berpengaruh pada hasil pertanian, hilangnya gletser dan punahnya berbagai jenis hewan. Akibat yang luar biasa, bukan? Fakta mengemukakan bahwa karbon dioksida (CO2) berbahaya bagi manusia. Namun, tidak bagi tumbuh-tumbuhan.  Bukan rahasia bahwa pepohonan mampu mengubah CO2 menjadi O2. Dengan kata lain, semakin banyak pepohonan, semakin menurun pula kadar CO2 yang terperangkap di bumi. Inilah kunci penting dalam mengurangi pemanasan bumi yang mengkhawatirkan sekarang ini.
 
Ada banyak hal yang perlu kita jaga untuk memberikan kesempatan bagi bumi untuk bertahan. Tanah, air, udara serta energi-energi dapat kita kelola secara maksimal.  Salah satu unsur penting adalah tanah. Tanah merupakan sarana bagi tumbuhnya pepohonan, yaitu berfungsi mengubah karbon dioksida (CO2) menjadi oksigen (O2). Maka,  tak dapat dipungkiri  bahwa kolaborasi tanah dan pepohonan menjadi penentu kualitas udara. Hutan sebagai alat respirasi bumi perlu untuk dijaga dan dipelihara keberadaannya. Untuk itu, penting adanya untuk melindungi tanah dari segala pencemaran serta penurunan kualitasnya.

Pencemaran tanah banyak terjadi di tempat  pemukiman manusia. Tanah tertutup oleh bangunan-bangunan, tidak tersedianya lahan untuk menanam pohon dan membuat taman kota, tercemarnya tanah oleh sampah yang tak dapat mengurai, tercemar tumpahan oli, dan sebagainya. Ada beberapa hal sederhana yang dapat kita lakukan di sekitar kita untuk menyelamatkan tanah, antara lain:

1.    Mulailah memaksimalkan lahan sekitar, baik rumah maupun kantor. Bunga-bungaan dan tanaman warung hidup pun bisa dimanfaatkan serta berfungsi ganda sebagai penghias halaman rumah atau kantor kita.

2.    Kurangi lahan untuk disemen. Karena hal ini mencegah tanah berfungsi sebagai serapan air. Umumnya fungsi pengecoran tanah adalah untuk menghindari bagian yang berair atau becek. Sesungguhnya, hal ini dapat disiasati dengan menghamparkan jalinan besi bergerigi tumpul di atas area becek sehingga tidak perlu disemen. Fungsi yang lain adalah dapat  digunakan sebagai track untuk jantung sehat. Berfungsi ganda, bukan? Atau bisa juga diganti dengan konblok, sehingga tanah tetap dapat berfungsi sebagai serapan air.

3.    Ciptakan rumah cacing. Dengan tidak menyemen tanah, memungkinkan untuk terbentuknya "rumah" untuk cacing tanah. Rumah itu disebut biopori atau pori-pori hidup di dalam tanah. Cacing tanah mampu menembus tanah hingga kedalaman 8 meter sehingga tanah menjadi berpori dan mampu menampung air hujan dan menyimpannya pada kedalaman lebih dalam. Fungsinya sebagai cadangan air dalam tanah jika musim kemarau tiba.

4.    Mulailah membiasakan diri bukan hanya membuang sampah pada tempatnya. Tetapi  juga untuk menempatkan sampah sesuai kategorinya. Seperti sampah plastik, sampah besi, sampah non organik, dan sampah organik.  Sampah akan gampang untuk dikelola kemudian. Serta memudahkan  tanah untuk mengurainya.

5.    Mulailah bijak dalam menggunakan benda-benda yang tidak mudah mengurai. Kertas, tisu, kulit buah, karton/kardus mengurai sekitar 6 bulan. Filter rokok dan kantong plastik mengurai sekitar 10-12 tahun. Benda kulit, kain nilon, jaring ikan terurai antara 30-40 tahun. Alumunium dan  baterai bekas memerlukan waktu untuk mengurai sekitar 50-100 tahun. Sedangkan kaca, botol plastik dan styrofoam tidak dapat diperkirakan waktu hancurnya.

Budaya serta wawasan  lingkungan memegang peran penting atas semaraknya bumi kita. Peran dan tanggung jawab kita bersama untuk melestarikannya. Marilah merubah perilaku dan gaya hidup kita. Mulailah berorientasi pada lingkungan demi kelestarian dan kelangsungan bumi. Manfaatkan lingkungan dengan maksimal. Namun, janganlah mengurangi kualitas lingkungan itu sendiri. Perubahan  yang kita lakukan sekarang, bukan semata-mata untuk menyelamatkan bumi, namun demi generasi mendatang. Masih ada harapan. Save the earth, save the generation! (*)

Tidak ada komentar: